Sunday, January 9, 2011

Bertawakal pada Alloh;

Taujih Penyemangat :

Ada sebuah dialog antara Muhammad bin Husain dan Said. Kekuatan dalam dialog ini adalah pada firman Alloh. Bacalah firman Alloh ini dengan segenap hati dalam dialog ini. InsyaAlloh akan menggetarkan hati siapapun yang membacanya. Bahkan akan menguraikan air mata orang – orang yang berhati lembut. Orang – orang yang membaca firman Alloh dalam dialog ini, akan merasa malu untuk resah, gelisah, galau, kecewa dan apalagi untuk berputus asa menghadapi persoalan hidup.

Inilah dialognya

Muhammad bin Hamdan berkata “Ketika saya di majelis Yasid Bin Harun, saya bertanya kepada orang yang duduk di sampingku”. ‘Siapakah namamu? Jawabnya’ Said. Lalu saya bertanya tentang keadaannya. Jawabnya ’Kini telah habis belanjaku’. Lalu saya bertanya, Siapakah yang engkau harapkan untuk memenuhi kebutuhan belanjamu? Jawabnya, ‘Yasid bin Harun’. Maka saya berkata kepadanya, ’Jika demikian, ia (Yasid bin Harun) tidak akan bisa menyampaikan hajadmu. Dan tidak akan membantu meringankan kebutuhanmu’. Dia bertanya, ‘Darimana engkau mengetahui hal itu?’ Saya telah membaca dalam sebuah kitab, bahwasanya Alloh telah berfirman : “Demi kemulyaan-Ku dan kebesaran -Ku, dan kemurahan-Ku dan ketinggian-Ku di arasy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain-Ku dengan kekecewaan, dan akan Aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata orang dan Aku singkirkan dari dekat-Ku dan Aku putuskan dari hubungan-Ku. Mengapa ia berharap kepada selayn Aku dalam kesukaran? Padahal kesukaran itu di tangan – Ku dan Aku yang dapat menyingkirkannya. Dan mengapa ia mengharap kepada selain Aku serta mengetuk pintu lain. Padahal kunci pintu – pintu itu tertutup, hanya pintu – Ku yang terbuka bagi siapa yang berdoa meminta kepada – Ku”

“Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalaukan kesukarannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besarnya dosanya, lalu Aku putuskan harapannya. Atau siapakah yang pernah mengetuk pintu-Ku, lalu Aku bukakan? Aku telah mengadakan hubungan langsung antara-Ku dengan angan – angan dan harapan semua makhluk-Ku. Maka mengapakah engkau bersandar kepada selain Aku?

Dan Aku telah menyediakan semua harapan hamba-Ku, tetapi (mereka) tidak puas dengan perlindungan-Ku. Dan Aku telah memenuhi langit-Ku dengan makhluk yang tidak pernah jemu bertasbih kepada-Ku dari golongan malaikat dan Aku perintahkan mereka untuk tidak menutup pintu antara-Ku dengan hamba-Ku. Tetapi mereka tidak percaya kepada sabda-Ku. Tidaklah mengetahui siapa yang ditimpa bencana yang Aku turunkan, tiada yang dapat menyingkirkannya selain Aku. Maka mengapa Aku melihat ia (manusia) demgam segala angan- angan dan harapannya selalu berpaling dari-Ku. Mengapa ia tertipu dari selain-Ku.

Aku telah memberi kepadanya (manusia) dengan kemurahaan-Ku apa-apa yang tidak ia minta. Kemudian Aku yang mencabut daripadanya, lalu ia tidak minta kepada-Ku untuk mengembalikannya, dan (justru) meminta kepada selain-Ku. Apakah AKu memberi sebelum diminta, kemudian dimintai lalu tidak memberi kepada peminta? Apakah Aku bakhil(kikir), sehingga diangap bakhil oleh hamba-Ku? Bukankah dunia dan akhirat itu semua milik-Ku? Bukankah semua rahmat dan karunia itu ditangan-Ku? Bukankah dermawan dan kemurahan itu sifat-Ku? Bukankah hanya Aku tempat semua harapan? Maka siapakah yang dapat memutuskannya daripada-Ku? Dan apa pula yang diharap oleh orang-orang berharap. Andai Aku berkata kepada semua makhluk penduduk langit dan bumi, Mintalah kepada-Ku, kemudian Aku beri masing -masing orang fikiran apa yang terfikir pada semuanya, lalu Aku memberi semua itu, tidak akan mengurangi kekayaan-Ku meskipun sekecil debu. Bagaimana akan berkurang kekayaan yang lengkap, sedang Aku mengawasinya? Alangkah celaka orang putus asa dari rahmat-Ku. Alangkah kecewa orang bermaksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku, dan tetap melakukan yang haram dan tiada malu kepada-Ku”

Orang-orang yang bertawakkal setalah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, adalah orang-orang yang beruntung. Bagaimana tidak, bertawakkal ataupun tidak, manusia tdk bisa mengelak dari keputusan takdir-Nya. Orang-orang yang bertawakkal selalu berpikir positif atas apapun takdir yang harus dijalaninya. Kalaupun berupa kelapanganm ia tidak menjadi lupa diri. Kalau ternyata berupa kesempitan, ia tidak ernah kecewa apalagi putus asa. Yang demikian itu terjadi karena keyakinan tentang Alloh Maha Rahman terhunjam kuat dalam hati. Maka ia yakin keputusan apapun yang ditetapkan Alloh bagi dirinya merupakan keputusan terbaik karena Alloh menyayangi dirinya. Keputusan yang mengantarkan kepada keselamatan dan kesejahteraan hidup dunia akhirat.

No comments:

Post a Comment